Selasa, 26 Agustus 2014

Jalur Arjuno Welirang Via Tretes

 

Jalur Arjuno – Welirang via Tretes merupakan salah satu jalur favorit. Walaupun jarak tempuh relatif lebih panjang, namun aksesibilitas yang mudah, ketersediaan air yang melimpah serta adanya warung di Kopkopan membuat banyak pendaki memilih jalur ini.
Jalur pendakian hingga Pondokan penambang belerang merupakan jalur kendaraan pengangkut pelerang/jeep. Sebagai jalur jeep maka jalur pendakian menjadi sangat jelas dan kemungkinan tersesat menjadi kecil, namun konsekuensinya jalur menjadi panjang karena Dekat pos pendaftaran terdapat obyek wisata air terjun Kakekbodo yang dilengkapi dengan camping ground.
Akses menuju lokasi via angkutan publik adalah sebagai berikut
Terminal Purabaya/Bungurasih Surabaya – Terminal Pandaan  :
Terminal Pandaan – Pos Perijinan : minibus/colt , cukup bilang pendakian Arjuno – welirang/hotel tandjung ke sopir
Jalur Welirang via tretes
jalur arjuno via tretes
jalur Pendakian via Tretes sebagai berikut:
1. Basecamp/Pos 
Pos PHPA
Basecamp pendakian berada di depan hotel Tanjung atau sebelah hotel surya. Basecampyang berupa Pos PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam) milik Departemen Kehutanan inijuga merupakan pintu masuk menuju Taman Hutan Rakyat Raden Soerja.
Basecamp dilengkapi dengan kamar mandi serta disekitarnya terdapart warung maupun toko kelontong sehingga pendaki bisa melakukan persiapan di sini
2. Pet Bocor
Pet Bocor
30 – 45 menit dari basecamp terdapat tempat yang disebut pet bocor. Disini biasanya digunakan sebagai tempat persiapan terakhir pendaki sebelum pendakian karena terdapat warung. Nama Pet bocor sendiri berasal dari kata pipa (pet) air minum yang bocor, yang kini sudah tidak bocor lagi
3.Kopkopan
Kopkopan
Kopkopan dapat dicapai setelah berjalan 3 – 3,5 jam dari pet bocor. Kopkopan berupa tanah lapang yang bisa digunakan untuk mendirikan sekitar 6 – 8 tenda 4P. Di sini juga terdapat sumber air yang melimpah serta pada hari hari tertentu, seperti akhir pekan dan liburan, terdapat warung yang menjual minuman, gorengan dan mie. 
4.Pondokan
Pondokan
Pondokan berjarak 3 – 3,5 jam dari kopkopan. Pondokan merupakan tempat bermalam para penambang. Di sini juga menjadi percabangan jalur Arjuno dan Welirang. Pada . kopkopan terdapat sumber air yang berupa bak penampungan air aliran anak sungai yang biasa digunakan para penambang. Para pendaki disarankan untuk mendirikan tenda ahgak jauh dari pondokan para penambang untuk menghindari friksi sosial atau agar tidak mengganggu penambang. Lokasi ini dikenal cukup rawan sehingga pendaki dianjurkan tidak meninggalkan barang di sini terutama saat akan summit attack.
5. JALUR KIRI (MENUJU ARJUNO)
a. Lembah Kijang
Lembah Kijang
Lembah kijang berjarak ± 30 menit – 1 jam dari pondokan. Pada hamparan sabana lembah kijang terdapar sumber air yang berupa telaga kecil. Selepas lembah kijang terdapat hutan pinus yang dikenal sebagai Lali Jiwo.
b.Batu Gede
Batu gede adalah sebuah pos yang ditandai dengan keberadaan sebuah batu besar. Di sini biasa digunakan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan
c.Puncak Arjuno
Puncak
Puncak Arjuno berada pada ketinggian 3339 mdpl. Sebelum mencapai puncak arjuno kita akan melalui puncak Pasar Dieng. Di Pasar Dieng ini terdapat semacam susunan batu yang membentuk pagar/dinding. Konon ini merupakan peninggalan dari Kerajaan Singosari.
JALUR KANAN (MENUJU WELIRANG)
Puncak Welirang
Puncak Welirang dapat ditempuh dalam waktu 3 jam. Lepas hutan pinus, terdapat persimpangan menuju puncak Kembar I (ke Kiri) dan Puncak Welirang (kanan). Di persimpangan ini terdapat tanah lapang yang dapat digunakan sebagai tempat berkemah. Jelang Puncak terdapat persimpangan kembali yaitu lurus (menuju kawah penambang) dan kanan (menuju Puncak Welirang). Sebelum mencapai Puncak Welirang akan melalui beberapa puncak semu .
Gunung Welirang adalah gunung yang masih aktif dengan kawah yang selalu menghembuskan asap dan cairan belerang. Gunung ini merupakan kompleks gunung yang membentuk barisan. Terdapat beberapa gunung di sekitar Gunung Welirang-Arjuna diantaranya : Gn. Arjuna (3339 mdpl), Gn. Welirang (3156 mdpl), Gn. Kembar I (3051 mdpl), Gn. Kembar II (3126 mdpl), Gn. Ringgit (2477 mdpl). Gn. Welirang dapat didaki dan berbagai arah; arah Utara (Tretes dan Trawas ), dan arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta).
JALUR TRETES
Dari Surabaya kita naik bus jurusan Malang atau sebaliknya, turun di Pandaan dan ganti kendaraan ke jurusan Tretes. Kendaraan yang menuju kawasan wisata Tretes ini berupa Izusu L300 yang berhenti di pertigaan Pasar Buah Pandaan. Dengan tarif Rp.5.000,- per orang. Turun di depan hotel Tanjung. Di perjalanan menuju Tretes terdapat sebuah Candi Jawi peninggalan jaman Hindu.
Tretes merupakan tempat Wisata dan Hutan Wisata serta terdapat air terjun yang indah yaitu Air terjun Kakek Bodo. Terdapat pula tempat perkemahan yang ramai dikunjungi para pelajar pada hari-hari libur.
Tempat pendaftaran berada di pinggir jalan raya, tepatnya di seberang hotel Tanjung. Dengan membayar biaya pendaftaran Rp.4.500,- serta diwajibkan menitipkan katu tanda pengenal. Di pos pendaftaran ini terdapat empat buah kamar mandi umum.
Dari Pos pendaftaran kita berjalan mengikuti jalan aspal sekitar 200 meter kita akan sampai di pintu masuk Taman Wisata Air Terjun Kaket Bodo yang berada di belakang hotel Surya. Dari pintu masuk ini jalanan sudah di semen hingga Pos Pet Bocor atau Air Terjun.
Berjalan sekitar 200 meter kita akan bertemu dengan percabangan yang ke kanan menuju Bumi Perkemahan dan Air Terjun Kakek Bodo. Sedangkan ke kiri (lurus) menuju Pet Bocor arah menuju puncak Gunung Welirang.
Hingga Pet Bocor jalur masih rapi disemen dengan kemiringan yang sangat tajam, sehingga bisa dijadikan pemanasan pendakian yang cukup menguras nafas dan tenaga. Dengan suasana lingkungan yang bersih dan sejuk karena masih terlindungi oleh pohon-pohon besar.
Setelah berjalan sekitar 45 menit sampailah kita di Pos Pet Bocor. Di Pet Bocor terdapat tempat yang sangat luas untuk membuka beberapa tenda. Terdapat pula sumber air yang berasal dari pipa-pipa saluran air yang bocor. Pada hari-hari libur terdapat warung makanan.
Dari Pet Bocor perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri jalanan berbatu yang sudah rusak. Jalur sangat lebar bisa dilewati Jip, dengan kondisi alam yang terbuka, jarang terdapat pohon, dan dikiri kanan jalan hanya ditumbuhi alang-alang dan ditanami pisang untuk mengatasi alang-alang.
Jalur ini biasa digunakan oleh Jip pengangkut belerang hingga Pos Kokopan.
Sehingga pendaki bisa juga menuju ke Pos Kokopan dengan menumpang Jip yang hanya ada bila memang hendak mengambil belerang saja. Di siang hari jalur akan terasa sangat panas dan berdebu, sehingga sebaiknya pendakian dilakukan di sore, malam, atau pagi hari. Di sepanjang jalur pendaki akan disuguhi pemandangan ke arah Tretes dan gunung Penanggungan yang sangat indah.
Setelah berjalan sekitar 3 jam pendaki akan sampai di Pos Kokopan. Kokopan berada diketinggian 1500 mdpl, terdapat pondok-pondok yang didirikan oleh para penambang Belerang. Terdapat pula sungai kecil yang airnya cukup melimpah. serta dilengkapi dengan MCK sederhana. Terdapat pula warung makanan yang hanya buka pada hari-hari libur. Kawasan ini bisa menampung cukup banyak tenda dan dikelilingi pohon-pohon cemara. Nyaman untuk menginap karena cukup terlindung dari hembusan angin. Di siang hari udara terasa dingin dan seringkali berkabut.
Di kokopan terdapat sebuah makam keramat yang terbuat dari susunan batu. Makam ini tepatnya berada di sebelah bawah Pos Kokopan di dekat tikungan jalur. Konon para pendaki dan penambang sering dimunculkan oleh penampakan seseorang kakek dan kakek tersebut mengajak berbicara, setelah memperkenalkan diri sebagai Maulana Malik Ibrahim maka kakek tersebut berpamitan hendak pulang ke rumah dan menghilang tepat di makam tersebut.
Dari Pos Kokopan perjalanan dilanjutkan menuju Pos Pondokan. Terdapat banyak jalur untuk menuju Pondokan. Jalur yang sering digunakan para pendaki adalah jalur utama yang berupa punggungan gunung yang lurus. Jalur berupa jalan berbatu yang terjal sehingga sangat menguras tenaga terutama bila pendakian dilakukan di siang hari, di malam hari jalur pendaki ini akan susah dikenali karena tertutup semak-semak. Tidak ada rambu-rambu penunjuk arah. Pendakian di siang hari cukup nyaman karena banyak terdapat pohon-pohon besar di sepanjang jalur pendakian. Waktu yang dibutuhkan sekitar 4 jam untuk menuju Pos Pondokan.
Jalur yang lain untuk menuju Pos Pondokan adalah jalur para penambang. Jalur ini cukup landai namun lebih jauh karena memutar dan menyimpang 2 hingga 4 punggungan gunung dari punggungan utama jalur pendaki. Jalur penambang setiap hari digunakan oleh para penambang untuk menurunkan belerang dari Pondokan ke Kokopan dengan menggunakan gerobak sederhana, sehingga jalur ini selalu berdebu terutama di siang hari. Jalur ini melintasi kawasan hutan yang cukup lebat dan diselimuti semak-semak belukar yang rapat. Bagi pendaki yang baru pertama kali mendaki gunung Welirang disarankan menggunakan jalur para penambang, karena jalurnya cukup lebar dan sangat jelas. Waktu yang dibutuhkan sekitar 4 hingga 6 jam untuk menuju Pos Pondokan dari jalur penambang ini.



Pos Pondokan berupa tanah terbuka yang cukup luas dengan ketinggian berkisar 2250 mdpl. Terdapat pondok-pondok sederhana yang dibangun oleh para penambang Belerang. Di sebelahnya terdapat sungai dengan debit air yang sangat kecil. Sumber air berupa bak penampungan yang dialiri air dari pipa-pipa yang berasal dari rembesan air sungai.
Pada hari Minggu dan musim liburan kadangkala ada warung makanan yang buka. Di pos ini pendaki biasanya bermalam untuk mempersiapkan diri melanjutkan pendakian ke puncak gn-Welirang atau menuju gn.Arjuna. Persediaan air minum disiapkan dari Pos Pondokan ini.
Menuju Puncak Gn-Welirang terdapat banyak jalur pintas, jalur utama berupa jalan berbatu yang terjal. Jalur penambang tidak terlalu terjal tetapi memutar melipir sisi sebelah kanan. Masih dibutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk mencapai puncak gunung Welirang. Jalur memasuki kawasan hutan cemara yang diselimuti semak-semak. Menjelang Puncak Gunung welirang jalur terbagi menjadi dua. Jalur penambang lurus menuju kawah di mana para penambang mengambil belerang. Jalur pendaki ke arah kanan melintasi punggungan yang sangat curam dan berbatu-batu.
Di kawasan Puncak Gunung Welirang pemandangannya sangat luar biasa indahnya. Pendaki bisa berkeliling mengelilingi kawah untuk mendaki beberapa puncak-puncak kecil. Bila cuaca bersih kita bisa memandang puncak gunung Arjuna dengan detail yang sangat jelas. Gunung Penanggungan juga jelas terlihat sangat dekat.
Terdapat banyak puncak dan banyak kawah yang masih aktif. Kawah yang paling besar dan dalam adalah Kawah Jero, di sebelahnya adalah Kawah Plupuh. Tebing-tebing di sekitar puncak menghembuskan asap belerang. Beberapa lubang di tebing juga mengeluarkan cairan belerang yang berwarna keemasan.
Asap belerang yang pekat bila berhembus mengenai mata bisa menyebabkan mata bengkak untuk itu segera cuci mata dengan air bersih. Bila terhirup dalam waktu yang cukup lama maka bisa menyebabkan pening dan pingsan. Untuk itu bila asap tebal belerang sedang menyelimuti puncak sebaiknya tidak mendekatinya. Agar sedikit lebih aman gunakan kaca mata dan masker penutup hidung yang dibasahi dengan air.
Puncak Gunung Welirang sering diguncang gempa lokal, yang disebabkan oleh pergerakan belerang di dalam perut gunung yang bergerak menuju lubang-lubang di atas puncak. Batu-batu di sekitar puncak juga terasa panas bila dipegang atau diduduki.

Terdapat Gua Sriti yang cukup luas di dekat Puncak gunung Welirang, gua ini dahulunya di jaman Belanda pernah dibangun sebuah villa serta tempat penangkaran Kijang. Terdapat batu-batu pondasi bekas pagar dan bangunan-bangunan villa serta kandang kijang. Juga terdapat sebuah makam keramat di dekat gua tersebut yang diyakini oleh para penambang belerang sebagai makam Mbah Tedjo Geni.
MELANJUTKAN KE GN.ARJUNA
DARI PONDOKAN
Setelah beristirahat di pondokan, pendakian di lanjutkan dengan menempuh jalur ke arah kiri. Melintasi hutan pinus dan setelah berjalan sekitar 1 jam akan sampai di Lembah Kidang. Lintasannya agak mendatar dan banyak ditumbuhi pohon rumput yang agak tinggi dan pohon pinus.
Di Lembah Kidang terdapat sumber air yang berada di ketinggaan sekitar 2.300mdpl. Di lembah ini dapat dijumpai satwa-satwa penghuni gunung arjuna. Dari Lembah Kidang Jalur kembali menanjak dan selanjutnya akan bertemu dengan persimpangan jalur yang menuju puncak Gn. Arjuna dan Puncak Gn.Welirang ( lewat Gn. Kembar1 dan Gn. Kembar 2)

Berjalan menyusuri hutan cemara, jalur kembali menanjak. setelah berjalan sekitar 1,5 jam dari persimpangan kita akan melewati tempat yang dinaniakan "Pasar Dieng", ketinggiannya hampir sama dengan puncak G. Arjuna dan terdapat batu yang sebagian tersusun rapi seperti pagar dan tanahnya rata agak luas. Dari sini untuk ke Puncak G. Arjuna hanya memakan waktu ± 10 menit. Di puncak Gn. Arjuna banyak terdapat batu-batu besar yang berserakan. Ada juga sebuah batu yang dikeramatkan masyarakat, batu tersebut berbentuk seperti kursi.
MELANJUTKAN KE GN. ARJUNA
DARI PUNCAK GN.WELIRANG
Bila kita akan melanjutkan penjalanan menuju Gn. Arjuna maka setelah kita sampai di puncak G. Welirang kita berjalan turun tepatnya ke arah selatan. Terdapat satu dataran yang cukup luas yang menjadi persimpangan antara puncak Gn.Welirang, Jalur ke Pondokan, Ke Kawah penambang dan ke selatan ke Gn. Kembar 1.
Jalur menanjak melalui hutan cemara hingga puncak Gn. Kembar 1 yang memiliki ketinggian 3.051 mdpl, kemudian menurun menyusuri jurang, maka akan sampai di persimpangan kembar setelah menempuh perjalanan sekitar 2,5 jam dari Gn.Welirang. Jalur kembali menanjak menapaki puncak Gn. Kembar II dengan ketinggian 3.126 mdpl. Jalur kemudian menurun dan selanjutnya akan berjumpa dengan persimpangan yang ke Gn.Arjuna dan ke Pondokan (kembali ke Tretes).




Berjalan menyusuri hutan cemara, jalur kembali menanjak. setelah berjalan sekitar 1,5 jam dari persimpangan kita akan melewati tempat yang dinaniakan "Pasar Dieng", ketinggiannya hampir sama dengan puncak G. Arjuna dan terdapat batu yang sebagian tersusun rapi seperti pagar dan tanahnya rata agak luas. Dari sini untuk ke Puncak G. Arjuna hanya memakan waktu ± 10 menit.

Puncak G. Arjuna anginnya sangat kencang dan suhunya antara 5-10 derajat celcius. Disini kita dapat menikmati suatu Panorama yang sangat indah terutama bila malam hari, kita dapat melihat ke bawah, kota-kota seperti Surabaya, Malang, Batu, Pasuruan. serta laut utara dengan kerlipan lampu- lampu kapal. Puncak G. Arjuna disebut juga dengan Puncak 'Ogal-Agil' atau 'Puncak Ringgit.

Mt. Arjuno - Mt. Welirang is a stratovolcano in the province of East Java on Java, Indonesia. It is a twin volcano, with the 'twins' being Arjuno and Welirang. There is at least one other stratovolcano in the area, and there are around 10 pyroclastic cones nearby. They are located in a 6 km line between Arjuno and Welirang. The Arjuno-Welirang volcanic complex itself lies in the older two volcanoes, Mount Ringgit to the east and Mount Linting to the south. The summit lacks vegetation. Fumarolic areas with sulfur deposits are found in several locations on Welirang.An 1950 eruption had a VEI=2. There was an explosive eruption. Another eruption occurred 2 years later. This eruption had a VEI=0.
A 300 hectares at slope of Mount Arjuno near the road of Surabaya-Malang is used by Taman Safari II.
Arjuna/ Welirang mountain chain in East Java consists of 4 peaks over 3,000m from the active Welirang in the west to the long dormant Arjuna in the East. This mountain is set in the ancient Mojopahit heartland and is dotted with temples, graves and other historical sites which are still visited by local folk today. The lower slopes are forested and the upper slopes are covered with tussock and a type of local alpine pine tree.
The lalijiwo plateau between the twin peaks of Kembar and Arjuna is noted for deer and wild pigs. Most tracks start off in good condition but as one gets higher the tracks frequently dissappear or turn into a multitude of trails left by animals and lost hikers!
Getting There The mountain is located about 50km south East of Surabaya and it is easy to rent a taxi from Juanda (Surabaya) airport to take you to Tretes. (or anywhere else for that matter!) Tretes is a mountain resort town with lots of hotels and guesthouses to suit any budget. A good place to spend a few days chilling out. Guides, porters and supplies can be got here.
There are three main routes on the mountain. The most popular starts from the village of Tretes and follows a wide trail to the Sulphur carriers camp located at a water source between Arjuna and Welirang. From here, one can turn left and head for Lalijiwo Plateau and Arjuna or continue on to the active Welirang. Another route starts above Selecta above Batu to the South. A further route climbs directly to Arjuna from Lawang in the East.
The Routes From Tretes. . The trail, (which is surfaced with rocks painstakingly handplaced) winds on steadily upwards towards Welirang and the sulphur camp. In someplaces the trail has been severely damged by the carts the men are hauling down full of sulphur and they have formed several dusty shortcuts as well. Stick to the rock path or follow up the dusty shotcut as there are no turnoffs and the trails soon rejoin. Takes 4-5 hours at a relaxed pace to reach the Pondok.
From the Pondok to Welirang should not take more than 3 hours and a further 2 hours to scale the Kembar twins and descend into the saddle campsite.
Tretes is a small town about an hour's drive from the second largest city in Indonesia - Surabaya, in East Java. It's on the slopes of Mt. Welirang.
It's possible to take a day trip to Tretes from either Malang or Surabaya. But the traffic jams usually make the trip longer - especially on Sunday afternoons when everybody wants to go home to the cities at the same time from the mountain town of Tretes.
Tretes has several small hotels, some with swimming pools, (heated or not). Besides staying in a hotel, you can also or rent a small bungalow for a visit.
Tretes has a much cooler climate, when compared to Surabaya. You can sleep without air conditioning and still be comfortable. There are nice walks around town or around the rice fields so that you can enjoy nature and the unique flowers and plants.
There is one plant called a Kumis Kucing that, when you touch it, will close up the leaf in "shame".
Other things to do:
* Hire a horse for hour
* Go to the swimming pool
* Enjoy the sun
* Hike up to one of the waterfalls. There are two Waterfalls; "Kakek Bodoh" ( dumb grandfather) and Pucuk Truno. You can see the Pucuk Truno waterfall from two sides - the lower level, or from above at the top where the water starts to descend.
* At the "Sri" Restaurant you can eat a nice chicken dish and drink fresh young coconuts
* At special times you can view the Ramayana folk dance (from the Hindu epic of the same name)
* You can also play golf
* Visit nearby Mt. Bromo (inactive volcano)
* Nearby Tretes there is also a safari park * View villagers who mine sulfur in a very simple manner high in the mountains. It's found in big yellow chunks near the volcanic steam vents near the top of the volcano and it and is very odorous (sulphide and sulphate minerals in their native form - found in volcanic regions). This yellow mineral is used for medicines.
Dari Surabaya kita naik bus jurusan Malang atau sebaliknya, turun di Pandaan.
Izusu L300 ke jurusan Tretes dari pertigaan Pasar Buah Pandaan tarif Rp.5.000,- per orang. Turun di depan hotel Tanjung.
  • Makam Kakek Bobo
  • Petilasan Maulana Malik Ibrahim
  • Makam Mbah Tejo Geni
Mt. Arjuno - Mt. Welirang is a stratovolcano in the province of East Java on Java, Indonesia. It is a twin volcano, with the 'twins' being Arjuno and Welirang. There is at least one other stratovolcano in the area, and there are around 10 pyroclastic cones nearby. They are located in a 6 km line between Arjuno and Welirang. The Arjuno-Welirang volcanic complex itself lies in the older two volcanoes, Mount Ringgit to the east and Mount Linting to the south. The summit lacks vegetation. Fumarolic areas with sulfur deposits are found in several locations on Welirang.An 1950 eruption had a VEI=2. There was an explosive eruption. Another eruption occurred 2 years later. This eruption had a VEI=0.
A 300 hectares at slope of Mount Arjuno near the road of Surabaya-Malang is used by Taman Safari II.
Arjuna/ Welirang mountain chain in East Java consists of 4 peaks over 3,000m from the active Welirang in the west to the long dormant Arjuna in the East. This mountain is set in the ancient Mojopahit heartland and is dotted with temples, graves and other historical sites which are still visited by local folk today. The lower slopes are forested and the upper slopes are covered with tussock and a type of local alpine pine tree.
The lalijiwo plateau between the twin peaks of Kembar and Arjuna is noted for deer and wild pigs. Most tracks start off in good condition but as one gets higher the tracks frequently dissappear or turn into a multitude of trails left by animals and lost hikers!
Getting There The mountain is located about 50km south East of Surabaya and it is easy to rent a taxi from Juanda (Surabaya) airport to take you to Tretes. (or anywhere else for that matter!) Tretes is a mountain resort town with lots of hotels and guesthouses to suit any budget. A good place to spend a few days chilling out. Guides, porters and supplies can be got here.
There are three main routes on the mountain. The most popular starts from the village of Tretes and follows a wide trail to the Sulphur carriers camp located at a water source between Arjuna and Welirang. From here, one can turn left and head for Lalijiwo Plateau and Arjuna or continue on to the active Welirang. Another route starts above Selecta above Batu to the South. A further route climbs directly to Arjuna from Lawang in the East.
The Routes From Tretes. . The trail, (which is surfaced with rocks painstakingly handplaced) winds on steadily upwards towards Welirang and the sulphur camp. In someplaces the trail has been severely damged by the carts the men are hauling down full of sulphur and they have formed several dusty shortcuts as well. Stick to the rock path or follow up the dusty shotcut as there are no turnoffs and the trails soon rejoin. Takes 4-5 hours at a relaxed pace to reach the Pondok.
From the Pondok to Welirang should not take more than 3 hours and a further 2 hours to scale the Kembar twins and descend into the saddle campsite.
Tretes is a small town about an hour's drive from the second largest city in Indonesia - Surabaya, in East Java. It's on the slopes of Mt. Welirang.
It's possible to take a day trip to Tretes from either Malang or Surabaya. But the traffic jams usually make the trip longer - especially on Sunday afternoons when everybody wants to go home to the cities at the same time from the mountain town of Tretes.
Tretes has several small hotels, some with swimming pools, (heated or not). Besides staying in a hotel, you can also or rent a small bungalow for a visit.
Tretes has a much cooler climate, when compared to Surabaya. You can sleep without air conditioning and still be comfortable. There are nice walks around town or around the rice fields so that you can enjoy nature and the unique flowers and plants.
There is one plant called a Kumis Kucing that, when you touch it, will close up the leaf in "shame".
Other things to do:
* Hire a horse for hour
* Go to the swimming pool
* Enjoy the sun
* Hike up to one of the waterfalls. There are two Waterfalls; "Kakek Bodoh" ( dumb grandfather) and Pucuk Truno. You can see the Pucuk Truno waterfall from two sides - the lower level, or from above at the top where the water starts to descend.
* At the "Sri" Restaurant you can eat a nice chicken dish and drink fresh young coconuts
* At special times you can view the Ramayana folk dance (from the Hindu epic of the same name)
* You can also play golf
* Visit nearby Mt. Bromo (inactive volcano)
* Nearby Tretes there is also a safari park * View villagers who mine sulfur in a very simple manner high in the mountains. It's found in big yellow chunks near the volcanic steam vents near the top of the volcano and it and is very odorous (sulphide and sulphate minerals in their native form - found in volcanic regions). This yellow mineral is used for medicines.

Obyek Wisata Cangar

batu
Cangar merupakan salah satu nama Dusun di Kelurahan Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Dusun ini menjadi lebih terkenal dengan sebutan Pemandian Air Panas Cangar.
Cangar terletak di dalam kawasan Taman Hutan Raya R. Soeryo dan banyak dikunjungi para wisatawan yang ingin menikmati hangatnya sumber alami air panasnya. Selain itu, di sekitar pemandian air panas terdapat beberapa goa buatan yang merupakan peninggalan di masa kedudukan Jepang, pada tahun 1942-1945.
Tidak hanya bisa menikmati hangatnya air panas di pemandian Cangar dan goa Jepang, di kawasan ini pula para pengunjung bisa mengunjungi Coban Talun dan Coban Rais. Di tambah lagi, akan banyak di jumpai satwa liar yang seperti monyet melompat dan berlarian tanpa akan mengganggu kenyamanan.
Wisata yang asri dan masih hijau ini cocok untuk dikunjungi dengan keluarga dan orang tercinta.
C
uplikan mengenai TAHURA R . SOERJO 
 ( TAMAN HUTAN RAYA)
Taman Hutan Raya Raden Soerjo (disingkat Tahura R. Soerjo) adalah sebuah kawasan pelestarian alam yang wilayahnya meliputi beberapa kawasan hutan yang berada di dalam kelompok Gunung Arjuno-Lalijiwo, yang meliputi sebagian wilayah Kabupaten Mojokerto,Kabupaten MalangKabupaten JombangKabupaten Pasuruan dan Kota Batu.
Rintisan penetapan Tahura R. Soerjo diawali pada tahun 1992, yakni dengan dicadangkannya kawasan Tahura yang meliputi Hutan Lindung Gunung Anjasmoro, Gunung Gede, Gunung Biru, dan Gunung Limas, serta kawasan Cagar Alam Arjuno-Lalijiwo. Penataan batas ulang dilakukan oleh Departemen Kehutanan pada tahun 1997, dimana luas kawasan Tahura berkembang manjadi 27.868,30 Ha, dengan rincian luas Kawasan Hutan Lindung 22.908,3 Ha, dan Kawasan Cagar Alam Arjuno Lalijiwo (PHPA) 4.960 Ha. Saat ini Tahura R. Soerjo dikelola oleh Unit Pelayanan Teknis di bawah Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur.

Kamis, 14 Agustus 2014

Menyusul terjadinya peristiwa tewasnya dua orang pendaki asal kampus STIESIA (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia) Surabaya, pada beberapa waktu lalu membuat pihak Tahura R Soerjo Malang - Pasuruan mengeluarkan himbauan kepada para pendaki Gunung Arjuno-Welirang untuk masuk melalui jalur pendakian yang resmi.

Kepala UPT Tahura R Soerjo wilayah Malang-Pasuruan, Gatot Sundoro mengatakan, kalau himbauan itu dikeluarkan agar petugas Tahura bisa bertidak cepat jika para pendaki tersesat atau mengalami kecelakaan seperti yang dialami oleh dua pendaki yang ditemukan tewas di gunung kembar 2, pada Senin kemarin (27/1/2014).

"Sebab kalau melaui pos resmi, minimal kami bisa mencatat namanya. Dan tentunya kami juga akan tahu mereka mendaki lewat titik mana saja, serta berapa hari mereka akan melakukan pendakian. Sehingga tentunya dengan adanya itu akan memudahkan kami jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Karena kami sendiri bisa lebih gampang untuk monitor kalau lewat jalur resmi," ujarnya.

Gatot sendiri juga sangat menyayangkan peristiwa yang dialami dua mahasiswa asal kampus STIESIA tersebut. Yakni, Alif Hazen Rahmasyah (24), warga Jalan Pahlawan 6/10 Gresik dan Dian Mentiati (18), warga Karang Menjangan 1B /58 Surabaya.

"Saat itu mereka berdua  naik ke gunung lewat jalur tak resmi. Padahal seharusnya mereka izin dulu di pos resmi. Hal itulah yang membuat kami sangat menyangkan. Semoga bagi pendaki yang lainnya bisa mengambil pelajaran dari peristiwa ini. Sehingga kedepan tidak ada lagi kejadian seperti ini,," ucap Gatot kepada beritajatim.com.

Dijelaskannya, kalau untuk naik ke kawasan Gunung Arjuno-Welirang, para pendaki bisa melalui tiga jalur resmi yang sudah ada di beberapa titik, antara lain yaitu; Pos Cangar Batu, Pos Tambaksari Purwodadi, dan Pos Tretes Prigen.

Selain itu, ia juga menambahkan dengan adanya izin melalui jalur resmi, tentunya membuat  pihak Tahura akan bisa memberikan arahan pada para pendaki, terkait medan berat dan cuaca buruk yang terjadi di atas gunung. Karena kata dia jika pendaki lewat jalur tidak resmi, maka pihaknya tidak bisa bertanggung jawab apabila terjadi kecelakaan.

Hanya sekedar mereview kembali, kalau kedua mahasiswa asal STIESIA itu ditemukan tewas setelah tersesat selama 9 hari di gunung kembar. Mereka berdua sejatinya merupakan peserta kegiatan orientasi mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) asal STIESIA Surabaya yang dinyatakan hilang sejak Minggu